TEORI KINETIK GAS
Teori Kinetik Gas
Teori kinetik gas adalah teori yang membahas sifat-sifat makroscopik pada gas, seperti tekanan, suhu dan volume dengan memperhatikan komposisi molekular mereka dan gerakkannya. seperti yang diduga Isaac Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori Kinetik-Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori Kinetik pada Gas.
A. A. GAS IDEAL DAN HUKUM HUKUMNYA
gas ideal adalah gas teoretis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara acak dan
tidak saling berinteraksi.[1] Artinya, jarak antarpartikel gas ideal sangat berjauhan dan
bergerak secara acak.Hukum
dasar dari gas ideal yaitu hukum Boyle-Mariotte, yang dirumuskan bersama oleh Robert Boyle (1627-1691) dan Edme Mariotte (1620-1684).[2] Konsep gas ideal sangat berguna
karena memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga
dapat dianalisis dengan mekanika
statistika.
1. Partikelnya berjumlah banyak.
2. 1. Tidak ada interaksi antarpartikel atau tidak
ada gaya tarik menarik antarpartikelnya.
3. 2. Jika dibandingkan ukuran ruangan, ukuran
partikel gas ideal bisa diabaikan.
4. 3. Tumbukan yang terjadi antara partikel gas dan
dinding ruangan merupakan tumbukan lenting sempurna.
5. 4. Partikel gas tersebar secara merata di dalam
ruangan.
6. 5. Partikel gas bergerak secara acak ke segala
arah.
7. 6. Berlaku Hukum Newton tentang gerak.
8. 7. Energi kinetik rata-rata molekul gas ideal
sebanding dengan suhu mutlaknya.
Ø Persamaan Umum Gas
Ideal
Keterangan:
P =
tekanan gas (Pa);
Mr = massa
molekul relatif (kg/mol);
V = volume
gas (m3);
Na = bilangan Avogadro = 6,02 × 1023 partikel/mol
m = massa 1
partikel gas (kg);
R = tetapan
gas ideal (8,314 × 103 J/kmol.K;
k =
konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
N = jumlah
partikel gas;
n = jumlah mol
(mol);
ρ = massa jenis gas (kg/m3);
dan
T = suhu gas (K).
Ø Persamaan Keadaan Gas Ideal
Pada
ruang tertutup keadaan suatu gas ideal dipengaruhi oleh tekanan, suhu, volume
dan jumlah molekul gas. Ternyata, ada beberapa hukum yang menjelaskan
keterkaitan antara keempat besaran tersebut.
. 1. Hukum
Boyle
Hukum Boyle dicetuskan oleh seorang ilmuwan asal
Inggris, yaitu Robert Boyle. Adapun pernyataan Hukum Boyle adalah “jika suhu
suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan berbanding terbalik dengan
volumenya”. Istilah lainnya bisa dinyatakan sebagai hasil kali antara tekanan
dan volume suatu gas pada suhu tertentu adalah tetap (isotermal). Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1
(N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2
(N/m2); dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
. 2. Hukum
Charles
Jika Hukum Boyle membahas pengaruh tekanan dan
volume pada suhu tetap, tidak demikian dengan Hukum Charles. Hukum yang
ditemukan oleh Jacques Charles ini menyatakan bahwa “jika tekanan suatu gas
dijaga konstan, maka volume gas akan sebanding suhu mutlaknya”. Istilah lain
dari Hukum Charles ini adalah hasil bagi antara volume dan suhu pada tekanan
tetap (isobar) akan bernilai tetap. Secara matematis, dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan:
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K);
dan
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac
ditemukan oleh seorang ilmuwan Kimia asal Prancis, yaitu Joseph Louis
Gay-Lussac pada tahun 1802. Adapun pernyataan Hukum Gay-Lussac adalah “jika
volume suatu gas dijaga konstan, tekanan gas akan sebanding dengan suhu
mutlaknya”. Artinya, proses berlangsung dalam keadaan isokhorik (volume tetap).
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1
(N/m2);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2
(N/m2); serta
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K).
4.
Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum
Boyle- Gay Lussac adalah “hasil kali antara tekanan dan volume dibagi suhu pada
sejumlah partikel mol gas adalah tetap”. Secara matematis, dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1
(N/m2);
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3);
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K);
P2 = tekanan gas pada keadaan 2
(N/m2);
T2 = suhu gas pada keadaan 2 (K);
serta
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3).
A.
GAS PADA RUANG
TERTUTUP
1.
Tekanan Gas Ideal
Keberadaan gas di ruang tertutup bisa mengakibatkan adanya tekanan. Tekanan
tersebut disebabkan oleh adanya tumbukan antara partikel gas dan dinding tempat
gas berada. Besarnya tekanan gas di ruang tertutup dirumuskan sebagai berikut.
Keterangan:
P =
tekanan gas (N/m2);
V =
volume gas (m3);
m =
massa partikel gas (kg);
N =
jumlah partikel gas;
2.
Energi Kinetik Gas Ideal
Energi kinetik gas ideal disebabkan oleh
adanya gerakan partikel gas di dalam suatu ruangan. Gas selalu bergerak dengan
kecepatan tertentu. Kecepatan inilah yang nantinya berpengaruh pada energi
kinetik gas. Secara matematis, energi kinetik gas ideal dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan:
k = konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
T =
suhu gas (K);
N =
jumlah partikel;
n =
jumlah mol gas (mol); dan
R =
tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K).
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh persamaan untuk
kecepatan efektif gas pada ruang tertutup. Adapun persamaan kecepatannya adalah
sebagai berikut.
Keterangan:
vrms = kecepatan efektif (m/s);
k =
konstanta Boltzman (1,38 × 10-23 J/K);
T =
suhu gas (K);
m =
massa partikel (kg);
Mr =
massa molekul relatif (kg/mol);
n =
jumlah mol gas (mol);
R =
tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K);
P = tekanan gas (Pa); dan
ρ = massa jenis gas (kg/m3).
3. Energi Dalam Gas Ideal
saat
seluruh energi kinetik tersebut dijumlahkan, muncullah besaran yang disebut
energi dalam gas ideal (U). Energi dalam gas ideal dipengaruhi oleh derajat
kebebasannya. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
1.
Energi dalam untuk gas
monoatomik, seperti He, Ne, Ar
2. Energi dalam untuk gas diatomik, seperti O2, N2, H2
a. Pada suhu rendah (±300 K)
Pada suhu rendah, energi dalam gas ideal dirumuskan
sebagai berikut.
b. Pada suhu sedang (±500 K)
Pada suhu sedang, energi dalam gas ideal dirumuskan
sebagai berikut.
c. Pada suhu tinggi (±1.000 K)
1.
Teorema Ekipartisi Energi
Gas Ideal terdapat jenis monoatomik dan jenis
diatomik. Untuk keleluasaan bergeraknya pasti juga akan berbeda antara kedua
jenis gas ideal tersebut. Pada artikel ini akan dibahas Teorema ekipartisi
energi pada gas monoatomik dan diatomik.
Teorema ekipartisi energi yang berarti pembagian energi secara merata
merupakan teorema yang menjelaskan hubungan antara derajat kebebasan suatu
partikel dengan energi kinetik yang dimilikinya.Dalam teorema ini, energi yang
terdapat pada suatu sistem dengan suhu mutlak T akan terbagi secara merata pada
setiap molekul yang memenuhi hukum gerak Newton di dalamnya berdasarkan derajat
kebebasan sebesar 1/2kT .Derajat kebebasan dalam teorema
ekipartisi energi merupakan banyaknya cara gerak yang dapat dilakukan oleh
partikel. Rumusan untuk Energi kinetik gas ideal adalah :
dengan f adalah derajat kebebasan, k adalah konstanta Boltzmann dan T
adalah suhu mutlak.
Pada molekul gas monoatomik atau beratom tunggal, molekul melakukan gerak
translasi pada sumbu x, y, dan z, sehingga memiliki 3 derajat kebebasan.
Sedangkan pada molekul gas diatomik, molekul dapat melakukan gerak translasi,
rotasi, dan vibrasi, bergantung pada suhu mutlak sistem. Berikut ini pembagian
derajat kebebasan menurut suhu mutlaknya :
·
Pada suhu ±250 K, molekul gas diatomik hanya mampu mengadakan gerak
translasi, sehingga derajat kebebasan yang dimilikinya sama dengan molekul
monoatomik, yaitu 3.
·
Pada suhu ±500 K, molekul gas diatomik mampu mengadakan gerak translasi dan
rotasi. Sumbu x merupakan sumbu rotasi sehingga molekul gas diatomik akan
melakukan gerak rotasi pada sumbu y dan z. Maka dari itu, derajat kebebasan
dari gerak rotasi adalah 2, dan derajat kebebasan totalnya adalah 5.
·
Pada suhu ±1000 K, molekul gas diatomik mampu mengadakan gerak translasi,
rotasi, dan gerak vibrasi. Pada gerak vibrasi, molekul gas diatomik memiliki
energi kinetik dan energi potensial elastis sehingga memiliki 2 derajat
kebebasan, dan derajat kebebasan totalnya adalah 7.
Derajat kebebasan dari gerak partikel sangat penting untuk mengetahui
bagaimana perilaku gas decara mikroskopis dalam bergerak dan menentukan energi
kinetiknya.
REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kinetika_gas
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/fisika/teori-kinetik-gas-fisika-kelas-11/
https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/499/teorema-ekipartisi-energi
:)
BalasHapus